Bukankata-kata. Permintaan maaf juga adalah bentuk perbuatan. Bukan cuma di mulut. Tere Liye. Teruntuk yang punya kesalahan dan khilaf, ingatlah quote dari Tere Liye di atas tentang minta maaf atas kesalahan selama ini. Bahwasanya, kamu harus membuktikan rasa bersalahmu lewat perbuatan. 3. Pintu Maaf.Apakah hukum was-was dengan kewujudan Tuhan dan kebenaran agama Islam? Dalam artikel ini, saya melampirkan jawapan yang pernah dijawab oleh Ustaz Azhar Idrus dihalaman facebook beliau. Semoga bermanfaat SOALANApakah hukumnya jika datang dalam hati rasa ragu atau was-was tentang Tuhan atau agama Islam sedangkan kita bukan sengaja nak fikir seperti itu?Adakah boleh mensyirikkan kita kerana kerap juga ada terlintas seperti itu? JAWAPANLintasan yang bukan disengajakan yang menjadikan seorang itu teragak-agak atau ragu tentang Tuhan contohnya atau tentang kebenaran agama Islam dan yang seumpamanya adalah datang dari was-was syaitan yang disebut sebagai khatir syayatin. Orang yang datang lintasan seperti itu tidak berdosa dan tidak diambil kira dengannya dan ia tidak menyebabkan seorang itu kufur kerana bukan kesengajaan darinya hanya ia cubaan syaitan untuk merosakkan iman orang Islam. Berkata Syeikh Nawawi Perkara kufur yang berlaku sebagai was-was di dalam hati seseorang itu tidak mengkufurkannya kerana sungguhnya was-was itu bukanlah azam seseorang. Maka was-was tersebut adalah setengah dari perkara yang diuji akan seseorang yang mengalaminya.” Kitab Mirqatul Su’ud At-Tasdiq Hendaklah orang yang diwas-waskan dengan keraguan seperti itu selalu ingat akan Allah dan membaca isti’azah ketika datang was-was dan elakkan dari melayan was-was tersebut kerana syaitan suka seorang itu berbicara dengannya. Wallahua’lam Ustaz Azhar Idrus Sumber asal kepada jawapan ini boleh dilihat pada Facebook Ustaz Azhar Idrus pada pautan ini Suka Apa Yang Anda Baca? Daftarkan nama dan email anda untuk mendapatkan panduan dan perkongsian berkualiti terus ke inbox anda secara PERCUMA!
Islam adalah agama yang penuh dengan kasih sayang. Al-qur’an adalah cerminan dari akhlak Rasulullah. Di dalam al-qur’an terdapat salah satu akhlak Rasulullah yaitu mengucapkan kata-kata yang baik dalam berhubung sosial atau sesama orang lain. Rasulullah pun mengajarkan agar kita tidak mencela agama lain dan saling ini menjadi sebuah peringatan bagi kita semua khususnya dengan banyaknya dai-dai muda yang terkadang secara sengaja maupun tidak sengaja menjelekkan agama lain dalam تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ فَيَسُبُّوا اللهَ عَدْوًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ“Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan” QS Al-An’am 108.Dalam ayat ini, Al-Qur’an mengajak umat Islam menunjuk akhlak terpuji. Diantara seruan Al-Qur’an adalah meninggalkan mencaci agama lain. Dalam islam menghina tuhan agama lain merupakan suatu hal yang sangat dilarang. Karena dapat menimbulkan kerusakan yang besar. Bukan hanya untuk dirinya sendiri namun juga terhadap Allah SWT. Karena islam mengajarkan kita untuk saling menghormati. Berikut penjelasan Muhammad ath-Thanthawi menafsirkan“Wahai orang beriman, janganlah kalian mencaci sesembahan orang-orang yang menyekutukan Allah, karena tentunya mereka akan mencaci agama kalian yang benar sebab ketidaktahuan mereka atas agama kalian”.Ulama ahli tafsir dari Tunisia yang lahir pada 1296 H atau 1879 M, bernama Syekh Ibnu Asyur, sudah mensinyalir ada diantara Kaum Muslimin yang bermaksud membela Islam tapi kebablasanﻭﺇﻧﻤﺎ ﻛﺎﻥ اﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻟﻐﻴﺮﺗﻬﻢ ﻋﻠﻰ اﻹﺳﻼﻡ ﺭﺑﻤﺎ ﺗﺠﺎﻭﺯﻭا اﻟﺤﺪ ﻓﻔﺮﻃﺖ ﻣﻨﻬﻢ ﻓﺮﻃﺎﺕ ﺳﺒﻮا ﻓﻴﻬﺎ ﺃﺻﻨﺎﻡ اﻟﻤﺸﺮﻛﻴﻦ“Umat Islam -karena semangatnya terhadap Islam, terkadang di antara mereka melewati batas hingga kebablasan, mereka pun mencaci maki tuhan-tuhan orang yang menyembah selain Allah. ﺭﻭﻯ اﻟﻄﺒﺮﻱ ﻋﻦ ﻗﺘﺎﺩﺓ ﻗﺎﻝ ﻛﺎﻥ اﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻳﺴﺒﻮﻥ ﺃﻭﺛﺎﻥ اﻟﻜﻔﺎﺭ ﻓﻴﺮﺩﻭﻥ ﺫﻟﻚ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻓﻨﻬﺎﻫﻢ اﻟﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺴﺘﺴﺒﻮا ﻟﺮﺑﻬﻢ»“Thabari meriwayatkan dari Qatadah bahwa dahulu orang-orang Islam mencaci maki tuhan-tuhan orang kafir, maka mereka membalasnya. Kemudian Allah melarang mencaci maki mereka agar tidak membalas.At-Tahrir wa Tanwir 3/428 Ayat tersebut adalahوَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِم مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik perbuatan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” QS Al Anam 108 .Alasan Dilarang Menghina Agama LainAlasan untuk kita tidak menghina agama lain adalah karena perbuatan tersebut merugikan diri kita sendiri. Tentunya sangat merugikan bagi umat islam. Yang mana agama lain akan membalas dengan mencaci agama Islam. Sementara Al-Qasimi memahaminya bahwa selama ditakutkan non muslim akan mencaci Allah, Rasulullah, dan Al-Qur’an. Maka wajib bagi orang Islam untuk tidak mencaci sesembahan non muslim beserta itu, mufasir lainnya seperti As-Suyuthi berpendapat dalam Al-Asybah Wa Nadhair bahwa amar makruf nahi munkar dapat gugur ketika perbuatan tersebut justru mengakibatkan marabahaya yang lebih besar. Laranan memaki agama lain diturunkan karena makian akan berbuah makian pula. Ayat tersebut menjelaskan, “karena mereka nanti akan memaki Allah”.Ibnul Qoyyim dalam I’lamul Muwaaqi’in menjelaskan ayat di atas“Allah melarang kita mencela tuhan-tuhan orang musyrik dengan pencelaan yang keras atau sampai merendah-rendahkan secara terang-terangan karena hal ini akan membuat mereka akan membalas dengan mencela Allah. Tentu termasuk maslahat besar bila kita tidak mencela tuhan orang kafir agar tidak berdampak celaan bagi Allah sesembahan kita. Jadi hal ini adalah peringatan tegas agar tidak berbuat seperti itu, supaya tidak menimbulkan dampak negatif yang lebih parah.”Toleransi IslamIslam merupakan agama toleran. Sikap muslim terhadap kaum kafir nonmuslim sangat jelas“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” QS Al-Kafirun 6Salah satu manfaat toleransi dalam islam adalah terhindar dari permusuhan atau perpecahan. Agar kita dapat mewujudkan hidup damai dan kita dapat meningkatkan kualitas iman kita. Dan kita dapat mencerminkan kemuliaan agama yang berdakwah, Islam memberikan panduanادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” QS. An Nahl 125.Prinsip Nabi Saw dalam berdakwah adalah dengan lemah lembut dengan madh’u orang yang didakwahi walau mereka orang Arobi pernah berbicara tentang ayat berikut ini, Allah Ta’ala berfirmanوَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik” QS. Al Ankabut 46.Kesimpulan PembahasanDemikian pembahasan tentang hukum mengina agama lain. Dan mengapa islam dilarang keras untuk menghina agama lain. Selain islam memiliki kewajiban untuk saling menghormati. Islam pun menjaga kemuliaan untuk Allah SWT. Larangan ini juga dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kerusakan besar antar kita harus pintar memilah agar tidak saling menyakiti meskipun kita berbeda Agama. Kita wajib menanamkan toleransi sesama beda agama. Jika kita telah menjalankan tugas seperti yang diwajibkan didalam Al-Qur’an, maka hidup kita akan tenang, nyaman dan saling menyayangi sesama makhluk hidup.Didalamagama Islam, Allah sangat melarang seorang muslim untuk menghina, mencela ataupun mengejek orang lain walaupun dalam kontek bercanda sekalipun. Hukum menghina orang lain dalam islam bisa dilihat dari QS. Al-Hujurat ayat 11 yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh
Banyak di antara manusia yang mengalami lintasan pikiran, entah itu menghina Allah, Rasulullah, agama, bahkan lintasan yang mengarah kepada kekafiran. Akan tetapi hal ini sebenarnya pernah juga terjadi kepada sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan para sahabat mengadukannya kepada baginda Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dari Abu Hurairah rodhiyallahu anhu berkata, bahwa ada sekelompok sahabat mendatangi baginda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu mereka berkata إِنَّا نَجِدُ فِي أَنْفُسِنَا مَا يَتَعَاظَمُ أَحَدُنَا أَنْ يَتَكَلَّمَ بِهِ، قَالَ وَقَدْ وَجَدْتُمُوهُ؟» قَالُوا نَعَمْ، قَالَ ذَاكَ صَرِيحُ الْإِيمَانِ» Kami menjumpai dalam diri kami lintasan yang sangat berat bagi kami untuk mengucapkannya.’ Beliau bertanya kepada mereka “Benar kalian menjumpai perasaan itu?” Itu bukti adanya iman. HR. Muslim, hadits no. 132. Dari Abu Hurairah rodhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا، مَنْ خَلَقَ كَذَا، حَتَّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ؟ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ Setan mendatangi kalian dan membisikkan “Siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan itu?” sampai akhirnya dia membisikkan “Siapa yang menciptakan Tuhanmu?” jika sudah demikian, segeralah minta perlindungan kepada Allah, dan berhenti tidak memikirkannya. HR. Bukhari, hadits no. 3276. Dari Abu Hurairah rodhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda إنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ لأُمَّتِي ما حَدَّثَتْ بِهِ أنْفُسَها ما لَمْ تَتَكَلَّم بِهِ أوْ تَعْمَلْ Sesungguhnya Allah mengampuni untuk umatku terhadap apa yang terlintas dalam hatinya, selama tidak diucapkan atau dikerjakan. HR. Muslim, hadits no. 127. Imam An-Nawawi rohimahullah berkata di dalam kitabnya Al-Adzkar قالوا وسواءٌ كان ذلك الخاطِرُ غِيبة أو كفراً أو غيرَه، فمن خطرَ له الكفرُ مجرّد خَطَرٍ من غير تعمّدٍ لتحصيله، ثم صَرفه في الحال، فليس بكافر، ولا شئ عليه Para ulama mengatakan, baik bisikan itu berupa ghibah, atau kekufuran, atau yang lainnya. Siapa yang terlintas dalam hatinya kekufuran, dan hanya sebatas lintasan tanpa sengaja muncul, kemudian segera dia hilangkan, maka dia tidak kafir, dan tidak bersalah sedikitpun. Al-Adzkar, jilid 1 halaman 345. Ketika lintasan buruk muncul di pikiran seorang muslim, maka 2 hal yang harus dia lakukan 1. Berlindung kepada Allah dengan mengucapkan Ta’awudz dan jangan dihiraukan Dari Abu Hurairah rodhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا، مَنْ خَلَقَ كَذَا، حَتَّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ؟ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ Setan mendatangi kalian dan membisikkan “Siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan itu?” sampai akhirnya dia membisikkan “Siapa yang menciptakan Tuhanmu?” jika sudah demikian, segeralah minta perlindungan kepada Allah, dan berhenti tidak memikirkannya. HR. Bukhari, hadits no. 3276. Dia membaca Astaghfirullah, Astaghfirullah, Astaghfirullah. Terus menerus membaca ta’awudz sebanyak-banyaknya sampai lintasan buruk tersebut hilang dari pikirannya. Setelah ta’awudz, jangan hiraukan lintasan pikiran tersebut. Biarkan saja dan jangan dipikirkan. Apalagi sampai mencari dalil tentang lintasan pikirannya tersebut, hanya buang waktu saja, karena lintasan buruk tersebut dari setan yang bertujuan menyesatkan manusia. Untuk itu jangan digubris ataupun mencari tau tentang lintasan pikiran tersebut. Imam An-Nawawi rohimahullah menuqil perkataan Imam Al-Maziri sebagaimana disebutkan di dalam kitabnya Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim قَالَ الْإِمَامُ الْمَازِرِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ ظَاهِرُ الْحَدِيثِ أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَهُمْ أَنْ يَدْفَعُوا الْخَوَاطِرَ بِالْإِعْرَاضِ عَنْهَا وَالرَّدِّ لَهَا مِنْ غَيْرِ اسْتِدْلَالٍ وَلَا نَظَرٍ فِي إِبْطَالِهَا Imam Al-Maziri berkata Zahir hadits ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan mereka untuk menghilangkan lintasan pikiran itu dengan berpaling dan tidak menghiraukannya, tanpa mencari-cari dalil atau merenungkan bantahan untuk menilai salahnya lintasan itu. Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, jilid 2 halaman 155. InsyaAllah akan hilang dengan izin Allah apabila disertai dengan membaca ta’awudz. 2. Tidak diucapkan dengan lisan Dari Abu Hurairah rodhiyallahu anhu berkata, bahwa ada sekelompok sahabat mendatangi baginda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu mereka berkata إِنَّا نَجِدُ فِي أَنْفُسِنَا مَا يَتَعَاظَمُ أَحَدُنَا أَنْ يَتَكَلَّمَ بِهِ، قَالَ وَقَدْ وَجَدْتُمُوهُ؟» قَالُوا نَعَمْ، قَالَ ذَاكَ صَرِيحُ الْإِيمَانِ» Kami menjumpai dalam diri kami lintasan yang sangat berat bagi kami untuk mengucapkannya.’ Beliau bertanya kepada mereka “Benar kalian menjumpai perasaan itu?” Itu bukti adanya iman. HR. Muslim, hadits no. 132. Jika dia mendapat bisikan atau terlintas hal yang buruk dalam pikirannya, baik lintasan pikiran yang menghina Allah, Nabi, agama ataupun perkataan yang mendorong kepada kekufuran, maka tidak boleh diucapkan, karena apabila dia mengucapkannya dan dia sadar ketika mengucapkan itu, maka dia bisa menajdi kafir disebabkan mengucapkan kalimat yang mengarahkan kepada kekufuran. Namun, apabila lintasan pikiran buruk tersebut ada dalam pikirannya, maka Imam An-Nawawi rohimahullah mengatakan bahwa dia dimaafkan. Imam An-Nawawi rohimahullah berkata di dalam kitabnya Al-Adzkar فأما الخواطر، وحديث النفس، إذا لم يستقرَّ ويستمرّ عليه صاحبُه فمعفوٌ عنه باتفاق العلماء، لأنه لا اختيارَ له في وقوعه، ولا طريقَ له إلى الانفكاك عنه Adapun lintasan pikiran dan bisikan hati, apabila tidak ditetapkan dan tidak keterusan berada dalam diri pelakunya, maka hukumnya dimaafkan menurut kesepakatan para ulama. Karena munculnya kejadian ini di luar pilihan darinya. Dan tidak ada celah baginya untuk menghindarinya. Al-Adzkar, jilid 1 halaman 345. Semoga bermanfaat. Penulis Fastabikul Randa Ar-Riyawi Baca juga konsultasi muslim dan konsultasi agama via whatsapp
Tidakada satu kelakuan dosa atau pikiran yang jahat yang tidak dihakimi Allah. Jika Saudara mau menjadi seorang yang takut dan hormat kepada Allah, berhati-hatilah dengan semua benih kejahatan dari setan yang ditanam di dalam hati, pikiran dan tindakan Saudara. Allah tidak pernah memberikan tempat bagi dosa.Pertama, wajib bagi seorang muslim untuk memperhatikan dan berhati-hati dalam menggunakan lisannya. Jangan sampai lisannya mengucapkan kalimat yang membahayakan dan tidak bermanfaat baginya. Kerusakan yang ditimbulkan oleh lisan sangat mematikan, dan tidak ada sesuatu yang lebih membahayakan bagi seseorang melebihi lisannya. Allah berfirman, مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ “Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat.” Qaf 18 Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang ia tidak memerhatikannya, tidak memikirkan kejelekannya dan tidak khawatir akan akibat/dampaknya, ternyata karenanya ia dilemparkan ke dalam neraka lebih jauh dari apa-apa yang ada di antara barat.” HR. Al-Bukhari no. 6477 dan Muslim no. 7406 Diriwayatkan dari Bilal bin Harits, dari Rasulullah shalllallahu alaihi wa sallam إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ فَيَكْتُبُ اللَّهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ “Sungguh salah seorang dari kalian akan mengatakan suatu ucapan yang diridlai oleh Allah dan ia tidak mengira akan balasannya, lalu Allah azza wajalla mencatatnya dalam keridlaan-Nya sampai Hari Kiamat. Dan sungguh, salah seorang dari kalian akan mengucapkan suatu perkataan yang dimurkai oleh Allah dan ia tidak mengira akan akibatnya, lalu Allah mencatat dalam kemurkaan-Nya hari ketika bertemu dengan-Nya” Hadits riwayat At-Tirmidzi 2241 Diriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْ الْإِسْلَامِ فَإِنْ كَانَ كَاذِبًا فَهُوَ كَمَا قَالَ، وَإِنْ كَانَ صَادِقًا لَمْ يَعُدْ إِلَى الْإِسْلَامِ سَالِمًا “Barangsiapa mengatakan, Aku berlepas diri dari Islam’, apabila ia berdusta maka berlaku seperti apa yang ia katakan, dan apabila berkata benar maka ia tidak akan kembali kepada Islam dalam keadaan selamat.” Hadits riwayat An-Nasa’i 3712 Kedua, jika seseorang berkata dengan kalimat yang tercela, kalimat yang mengandung penghinaan kepada Allah, Rasul-Nya, dan agama-Nya sedangkan ia tidak bermaksud untuk mengatakan hal tersebut atau ia membenci apa yang ia katakan, maka Allah mengampuninya karena ia tidak bermaksud untuk menghina. Allah berfirman, رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا “Mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan.” Al-Baqarah 286 Diriwayatkan dari Abu Dzar Al-Ghifary, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوْا عَلَيْهِ “Sesungguhnya Allah membiarkanmengampuni kesalahan dari umatku akibat kekeliruan dan lupa serta keterpaksaan.” Hadits riwayat Ibnu Majah 2043 Berkata Imam Ibnu Hajar, “Ini adalah hadits yang mulia. Para ulama mengatakan bahwa hadits ini adalah setengah dari agama Islam. Satu buah perbuatan bisa dikerjakan karena kesukarelaan dan pilihan atau karena salah, lupa, dan keterpaksaan. Maka yang kedua ini adalah perbuatan yang dimaafkan menurut kesepakatan para ulama. Yang menjadi perbedaan di kalangan para ulama adalah bahwa yang dimaafkan adalah keburukannya saja, atau hukumnya saja, atau keduanya?” Fathul Bary 5/161 Ketiga, jika seseorang mengatakan perkataan yang mengandung hinaan kepada Allah, Rasul-Nya, dan agama-Nya, ia mengatakannya dengan penuh kesadaran walaupun tidak bermaksud untuk keluar dari agama Islam, maka ia dijatuhi sesuai dengan apa yang ia katakana. Allah berfirman, وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِٱللَّهِ وَءَايَٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ لَا تَعْتَذِرُوا۟ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَٰنِكُمْ ۚ إِن نَّعْفُ عَن طَآئِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَآئِفَةًۢ بِأَنَّهُمْ كَانُوا۟ مُجْرِمِينَ “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka tentang apa yang mereka lakukan itu, tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu lantaran mereka taubat, niscaya Kami akan mengazab golongan yang lain disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” At-Taubah 65-66 Sungguh menghina Allah, Rasul, dan agama-Nya adalah perbuatan kekufuran yang mengeluarkan seseorang dari agama. hal tersebut karena pokok dari agama adalah pengagungan terhadap Allah, agama-Nya, dan Rasul-Nya. Sedangkan menghina dari ketiganya menghilangkan pokok dari agama tersebut. Keempat, hal yang harus segera dilakukan adalah bertaubat kepada Allah dengan taubatan nasuha. Bertaubatlah kepada Allah, jagalah lisan, dan menyesal pada setiap waktu. Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, walaupun dosa yang dilakukan sangatlah besar. Sungguh Allah ta’ala menerima taubat dari seorang hamba. Allah berfirman, قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ “Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Az-Zumar 53 Wallahu A’lam bish Shawab Diterjemahkan dan diringkas dari Post Views 7
Iatidak menuduh bahwa Allah membuat kekeliruan yang tidak disadari-Nya tetapi bahwa Allah sengaja menyalahgambarkan perkara-perkara, dengan mengatakan, "Karena Allah tahu bersalah, khawatir, tidak aman, malu. Hal ini membuat jelas pokok yang dinyatakan sang rasul di Roma 2:15, bahwa hukum Allah 'tertulis dalam hati manusia Pertanyaan Assalamuallaikum Saya ingin dapat pencerahan , karna saya merasa takut luar biasa , tanpa sengaja ada pikiran tak pantas menghina Allah SWT 😭 saya takut sekali , seperti mengumpat lalu hilang muncul lagi , hilang lagi , saya sampai menangiss , tolong , saya harus bagaimana dan kenapa bisa terjadi hal mengerikan ini , terimakasih - Lulu Jogja Jawaban silahkan konsulatsi langsung ke 081703357795- Amin Syukroni, Lc Orangyang menghina Allah tanpa sengaja tidak menjadikan pelakunya murtad,keluar dari Islam. Cukuplah baginya bertaubat . Kemudian ia mendatangi sebuah pohon dan tidur berbaring di bawah naungannya dalam keadaan hati yang telah berputus asa. Tiba-tiba ketika ia dalam keadaan seperti itu, kendaraannya tampak berdiri di sisinya, lalu ia Hadits menghina orang lain dan larangannya di dalam agama islam. Menghujat, mengejek dan merendahkan orang lain merupakan sifat yang tidak terpuji. Tidak hanya dibenarkan dalam agama Islam, bahkan sudah banyak hadits menghina orang lain yang mengharamkan sifat ini. Seseorang akan dijauhkan dari rahmad Allah dan memasukkannya kedalam kaum kafir bahkan munafik. Bercanda atau serius dengans sengaja mencela dan mengejek orang lain, hukumnya dalam islam tetap saja sama, haram. Kemudian apa saja hukuman kepada seseorang yang suka mengjina dan menghujat orang lain? Dalam kesempatan ini akan dibahas lengkap bersama dengan sejumlah hadits menghina orang lain serta hukum dan larangannya. Hadits menghina orang lain Hadits Menghina Orang lain Hadits Menghina Orang lainLarangan Menghina Berdasarkan Al-Quran dan HaditsLarangan Khusus Kepada WanitaTanya Jawab Seputar Menghina Orang LainApa itu menghina orang lain?Apa hukumnya menghina orang lain dalam islam?Apa hadits tentang menghina orang lain?Penutup حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْتَبَّانِ مَا قَالَ Artinya Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub, Qutaibah bin Sa’id dan Ibnu Hujr mereka berkata Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ja’far dari Al Ala dari ayahnya dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Apabila ada dua orang yang saling mencaci-maki, maka cacian yang diucapkan oleh keduanya itu, dosanya akan ditanggung oleh orang yang memulai cacian selama orang yang dizhalimi itu tidak melampaui batas.” HR. Muslim no. 2587 dan Abu Dawud no. 4894 Dari potongan hadits menghina orang lain yang disampaikan oleh Abu Hurairah meneruskan sabda Rosulullah SAW diatas, seseorang akan mendapatkan dosa besar atas perbuatannya. Meski ada dua orang yang saling menghina dan mencaci maki namun ada pihak yang memulai, maka dia yang akan mendapatkan dosa paling besar. Apalagi jika salah satu pihak merasa dizhalimi. Hinaan dalam bentuk apapun pastinya akan menyakiti orang lain. Jika yang sakit adalah hatinya, maka Allah dengan murka akan memberikan azab. Semua ulama juga sudah sering mengingatkan, jika pembelaan tidak harus melalui celaan. Namun jika untuk pembelaan, semua para ulama dalam hukum membenarkan atau memperbolehkan membalasnya asal tidak berlebihan. Dalam hadits menghina orang lain diatas, terkandung beberapa hukum mengenai hinaan kepada orang lain, diantaranya Pertama, tindakan dengan sengaja mencela, memaki dan menghina sesama orang muslim haram hukumnya dalam bagi orang yang dihina dan dicela akan diperbolehkan membalas kejahatan ke dia dengan hinaan sebaliknya. Selama hinaan dan celaan balasan yang dilontarkan kepadanya tidak memiliki unsur fitnah dan apabila pihak yang menerima hinaan berusaha membela diri, maka lawan nya yang menerima hinaan tersebut tidak akan menanggung dosa. Bahkan orang yang memulai hinaan yang akan menanggung dosa apabila orang yang menerima celaan dan hinaan membalas lebih menyakitkan kan ada unsur kebohongan, celaan atau hinaan yang dilontarkannya akan berbuah kelima, akan lebih baik jika dalam kondisi menerima hinaan berupa apapun, memaafkan adalah kunci terbaik dalam mengakhirinya. Sehingga tidak akan timbul hinaan yang berujung dosa diantara kedua pihak. Syarh Riyadhus Shalihin menerangkan hadits menghina orang lain sesuai QS. Asy-Syura 39-40 berbunyi وَالَّذِينَ إِذَا أَصَابَهُمُ الْبَغْيُ هُمْ يَنْتَصِرُونَ * وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ Wallaziina izaa asaabahumul baghyu hum yantasiruuna. Wa jazaaa'u saiyi'atin saiyi'tum misluha faman 'afaa wa aslaha fa ajruhuu 'alallaah, innahuu laa yuhibbuzzaalimiina. Artinya “Dan bagi orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas tanggungan Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” Maksud dari potongan ayat dan hadits tentang mencela orang lain diatas adalah, hinaan ke binatang akan termasuk dosa, apalagi hinaan dengan sadar ke sekumpulan umat Islam, dosa yang ditimbulkan akan lebih besar. Hadits menghina orang lain Larangan Menghina Berdasarkan Al-Quran dan Hadits Dalam beberapa ayat dan hadits menghina orang lain sudah diterangkan jika perbuatan tidak terpuji ini sebaiknya dihindari. Alangkah lebih baik berkata sekedarnya atau seperlunya dan tidak memiliki maksud menyakiti pihak lain yang mendengarkannya. Allah berfirman dalam QS At-Taubah ayat 79, berbunyi الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لاَ يَجِدُونَ إِلاَّ جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ Allaziina yalmizuunal mut tawwi 'iina minalmu'miniina fissadaqooti wallaziina laa yajiduuna illaa juhdahum fayaskharuuna minhum sakhiral laahu minhum wa lahum azaabun aliim Artinya “Orang-orang munafik dimata Allah yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan mencela orang-orang yang tidak memperoleh untuk disedekahkan selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih” Melanjutkan potongan ayat tersebut, Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqoroh ayat 212, berbunyi زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ اتَّقَواْ فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللّهُ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ Zuyyina lillaziina kafarul hayaatud dunyaa wa yaskharuuna minal laziina aamanuu, wallaziinattaqaw fawqahum yawmal Qiyaamah, wallaahu yarzuqu mai yashaaa 'ubighairihisaab. Artinya “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” Mengenai keburukan yang dihadirkan dari sifat saling menghina antar umat Islam, kemudian dalam sebuah hadits HR. Muslim meneruskan sabda Nabi Muhammad SAW berbunyi بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ Artinya “Cukuplah seseorang berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim.” Hadits menghina orang lain Larangan Khusus Kepada Wanita Selama ini wanita adalah kaum yang sering kali lali dalam bergaul, bahkan mereka sering sekalu menjadi sumber masalah karena tidak pandai menjaga sikap dan ucapan. Allah SWT memberikan larangan khusus kepada para wanita untuk tidak saling melempar celaan. Dari hadits tentang mencela orang lain ini didapati Firman Allah SWT dalam QS Al-Hujurat ayat 11 berbunyi وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ Wa laa nisaaa'um min nisaaa'in 'Asaaa ay yakunna khairam minhunna Artinya “Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik “ Allah memang menyebutkan larangan khusus hanya untuk wanita. Meskipun untuk menjaga sikap dan perkataan para laki-laki juga harus memperhatikannya. Alasan Allah menyebutkan wanita dikhususkan tersebut berdasakan dua alasan, yaitu “Janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya”. Potongan ayat tersebut memberikan penegasan jika dua kaum Islam yaitu laki-laki dan perempuan hukumnya haram jika dengan sengaja berbuat sikhriyyah. Imam Syaukani dalam penjelasnya di Fathul Qadir, memberikan pernyataan jika wanita merupakan salah satu kaum yang terbanyak berbuat sikhriyyah. Hal inilah yang membuat wanita menjadi salah satu yang dikhususkan dalam perbuatan dan perkataannya. Nabi Muhammad SAW pun memberikan wasiat kepada umat manusia dengan berkata لاَ تَسُبَّنَّ أَحَدًا Artinya “Janganlah engkau menghina seorang pun.” Abu Jurayy berkata, “Aku pun tidak pernah menghina seorang pun setelah itu, baik kepada orang yang merdeka, seorang budak, seekor unta, maupun seekor domba.” Kemudian belian juga melanjutkan sabdanya وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنَ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ Artinya “Dan janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan, engkau bisa menurunkannya hingga mata kaki. Jauhilah memanjangkan kain sarung hingga melewati mata kaki. Penampilan seperti itu adalah tanda sombong dan Allah tidak menyukai ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.” HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits tentang mencela orang lain ini shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar juga menyatakan bahwa hadits ini shahih. Berarti, secara terang-terangan hadits menghina orang lain ini shahih hukumnya. Tanya Jawab Seputar Menghina Orang Lain Apa itu menghina orang lain? Menghina orang lain adalah sebuah perbuatan yang tidak baik dan tidak patut untuk ditiru, dan Allah tidak menyukai hal demikian. Biasanya, orang yang suka menghina, mencela dan mencaci maki orang lain adalah mereka yang memiliki sikap sombong atau iri hati terhadap orang tersebut. Selain itu, menghina dan mencela adalah perbuatan yang dapat menyakiti hati orang lain. Apa hukumnya menghina orang lain dalam islam? Seperti yang sudah dijelaskan diatas dengan subjudul larangan khusus untuk wanita. Didalam agama Islam, Allah sangat melarang seorang muslim untuk menghina, mencela ataupun mengejek orang lain walaupun dalam kontek bercanda sekalipun. Hukum menghina orang lain dalam islam bisa dilihat dari QS. Al-Hujurat ayat 11 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka yang diperolok-olokkan lebih baik dari mereka yang mengolok-olok dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-olokkan perempuan lain karena boleh jadi perempuan yang diperolok-olokkan lebih baik dari perempuan yang mengolok-olok. Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk fasik setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” Apa hadits tentang menghina orang lain? Diatas sudah dijabarkan beberapa hadits tentang menghina orang lain. Salah satunya seperti Hadits Riwayat Muslim dan Abu Dawud yang berbunyi الْمُسْتَبَّانِ مَا قَالَا فَعَلَى الْبَادِئِ، مَا لَمْ يَعْتَدِ الْمَظْلُومُArtinya “Apabila ada dua orang yang saling mencaci-maki, maka cacian yang diucapkan oleh keduanya itu, dosanya akan ditanggung oleh orang yang memulai, selama orang yang dizalimi itu tidak melampaui batas.” Penutup Demikianlah yang dapat tim sampaikan tentang hukuman, larangan dan kumpulan hadits menghina orang lain yang bisa Kamu jadikan pedoman hidup. Semoga Kita termasuk orang-orang beriman dan terhindar dari perilaku tidak terpuji tersebut bersama sesama muslim lainnya. Penulis berharap dengan adanya tulisan hadits tentang mencela orang lain ini, dapat bermanfaat untuk kita semua. y57hIy.